Top! Produksi Migas Pertamina Melejit 17%, Ini Pemicunya

 

Jakarta - PT Pertamina (Persero) membeberkan target produksi minyak dan gas (migas) pada tahun ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Adapun target produksi migas perusahaan tahun ini dipatok sebesar 1.047 juta barel setara minyak (mboepd).

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan bahwa target tersebut setidaknya lebih tinggi 17% dari capaian tahun lalu yang hanya 897 mboepd. Sementara realisasi produksi migas hingga akhir Mei ini tercatat telah mencapai 966 mboepd.

"Tahun lalu produksi migas realisasinya 897 mboepd. Tahun 2022 meningkat jadi 1047 mboepd, dimana realisasi sampai Mei sudah mencapai 966 mboepd atau ini lebih besar dibanding tahun lalu sehingga ketahanan energi perlu kita jaga mulai dari hulu," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI, Rabu (6/7/2022).

Lebih lanjut, Nicke menjelaskan kenaikan produksi ini dipicu oleh program-program yang sudah dijalankan oleh perusahaan. Beberapa diantaranya yakni seperti pengeboran sumur pengembangan dan eksplorasi yang cukup masif.

Di samping itu, perusahaan juga giat menggenjot kegiatan perawatan sumur (well service) dan sumur kerja ulang (work over). Kegiatan ini sendiri dilakukan guna menahan penurunan produksi secara alamiah.

"Kita juga lakukan pengeboran di sumur baru maupun pengembangan jadi sumur pengembangan kalau kita bandingkan tahun lalu 232%. Sehingga meningkat luar biasa, sumur eksplorasi 242%. Ini yang mendorong terjadinya peningkatan produksi. Itu dari sisi hulu," kata dia.

PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) berhasil mencapai produksi minyak dan gas bumi pada triwulan kedua tahun ini melebihi target oleh SKK Migas dalam WP&B, yaitu sebesar 26,819 BOPD untuk minyak dan 551.2 MMSCFD untuk gas (1/7/2022).

General Manager PHM, Krisna menyampaikan bahwa pencapaian produksi tersebut merupakan salah satu keberhasilan PHM dalam menahan laju penurunan produksi alamiah yang tinggi dan mempertahankan tingkat produksi pada lapangan-lapangan migas yang sudah mature.

“Selama beberapa tahun terakhir, kami berhasil menahan laju penurunan produksi alamiah yang tinggi dan mempertahankan tingkat produksi pada lapangan-lapangan migas yang sudah mature. Hal ini berkat penerapan berbagai inovasi dan teknologi guna meningkatkan recovery rate dari sumur-sumur migas yang ada,” ujar Krisna.

Menurutnya, PHM menerapkan praktik-praktik engineering terbaik dalam memelihara dan meningkatkan kehandalan fasilitas operasi dan produksi migas yang sudah berumur puluhan tahun. Selain itu, Krisna memaparkan bahwa pemberian insentif dari Pemerintah Indonesia di awal tahun 2021 telah membuka peluang bagi PHM untuk melanjutkan program kerja pengembangan WK Mahakam secara lebih ekstensif termasuk program eksplorasi sumur baru.Dalam upaya menahan laju penurunan produksi dan mendukung pencapaian taregt produksi migas nasional, PHM merencanakan pemboran 97 sumur pengembangan (eksploitasi) dan 2 sumur eksplorasi.

“Kami berhasil merealisasi sumur tajak pada triwulan pertama tahun ini sebanyak 24 sumur. Target pengeboran ini diharapkan mampu mendorong tambahan produksi rata-rata tahunan di Tahun 2022 sebesar 3951 BOPD untuk minyak dan 133 MMSCFD untuk gas,” imbuh Krisna.

Kenaikan produksi PHM ini tentunya tidak lepas dari kontribusi proyek Jumelai, North Sisi, North Nubi (JSN) yang on stream pada 20 Mei 2022 silam. Adapun produksi gas dari proyek ini diperkirakan sebesar 45 MMSCFD dan kondensat 710 BCPD (barel kondensat per hari). Terkait hal ini, Senior Manager Production PHM, Benny Sidik menjelaskan bahwa produksi yang cukup besar dari Lapangan Jumelai menjadi salah satu penopang kebutuhan migas nasional saat ini dan masa mendatang sekaligus menjadi penggerak roda perekonomian Indonesia, khususnya di Provinsi Kalimantan Timur.

Menurut Benny, kenaikan produksi ini didukung juga oleh keberhasilan PHM dalam perencanaan program peremajaan instalasi yang dilakukan sejak bulan Mei hingga Juni 2021.

“Program peremajaan dan inspeksi instalasi yang dimajukan memungkinkan start up sumur-sumur baru Sisi Nubi dengan berkelanjutan sehingga menyumbang gas yang signifikan untuk pencapaian laju alir wellhead gas diatas 550 MMscfd. Program pemeliharaan dilakukan optimal sehingga berhasil mengurangi potensi kehilangan produksi atau LPO (Loss of Production Opportunity) sebesar 1.4 BCF,” ujar Benny.

PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) merupakan anak Perusahaan PHI yang menjalankan operasi dan bisnis hulu migas sesuai prinsip ESG (Environment, Social, Governance) di Wilayah Kerja Mahakam di Kalimantan Timur. PHM bersama  anak perusahaan dan afiliasi PHI lainnya terus melakukan beragam inovasi dan aplikasi teknologi dalam menghasilkan energi yang selamat, efisien, handal, patuh, dan ramah lingkungan demi mewujudkan #EnergiKalimantanUntukIndonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tol Laut Jokowi Bikin Harga Sembako Turun di Indonesia Timur, Ini Buktinya