Progres Pembangunan Bendungan Amerorodi Konawe Capai 50 persen

   

Kendari - Progres pembangunan Bendungan Ameroro di Desa Tamesandi, Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), yang mulai dikerjakan sejak akhir 2020 kini telah mencapai 50 persen.

PPK Bendungan Ameroro Ryan Rizaldi Oemar di Kendari, Kamis mengatakan proyek yang pendanaannya melalui APBN murni itu diharapkan bisa terselesaikan pada akhir 2023.

“Secara total anggarannya yang terkontrak sebesar Rp1,428 triliun yang meliputi paket pertama senilai Rp910,136 miliar dan paket dua mencapai Rp518 miliar,” ujarnya.

Ia mengatakan Bendungan Ameroro dibangun pemerintah bertujuan untuk memperkuat suplai air irigasi dan pengendalian banjir di Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya untuk Kabupaten Konawe, Kolaka Timur, dan Kota Kendari.

Ryan menyebutkan proyek nasional dengan melibatkan kontraktor pelaksana paket 1 yakni PT Wijaya Karya-PT Basuki Rahmanta Putra-PT Sumber Cahaya Agung (KSO). Sedangkan paket 2 dikerjakan kontraktor pelaksana PT Hutama Karya-PT Adhi Karya (KSO) dengan konsultan supervisi paket 1 dan 2 adalah PT Indra Karya-PT Mulya Sakti Wijaya-PT Metta (KSO).

Kapasitas tampung Bendungan Ameroro 54,53 juta m3 dengan luas genangan 244,06 hektare atau lebih besar ketimbang Bendungan Ladongi dengan kapasitas tampung 45,9 juta m3 yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada akhir Desember 2021 lalu.

“Bendungan Ameroro ini didesain dengan tipe urugan yang memiliki tinggi puncak mencapai 82 meter, panjang bendungan 324 meter, dan lebar 12 meter,” ujarnya

Fungsi lain setelah bendungan itu selesai, selain dapat memacu peningkatan produksi padi masyarakat di Konawe, juga yang lebih pentingnya adalah kebutuhan air baku yang semula kapasitas 100 liter/detik bisa menjadi 510 liter/detik, mendukung penyediaan energi listrik (PLTMH) kapasitas 1,3 MW, mereduksi banjir sebesar 66,99 m3/detik, dan sebagai tempat wisata/rekreasi bagi masyarakat.

Menteri PUPR RI Basuki Hadimuljono dalam kunjungan kerja di Bendungan Ameroro beberapa waktu lalu menyampaikan Bendungan Ameroro merupakan satu dari tiga bendungan yang disiapkan untuk mengurangi risiko banjir dan menambah suplai air irigasi di Sulawesi Tenggara.

Bendungan pertama adalah Ladongi dengan kapasitas memiliki kapasitas tampung 45,9 juta m3 dan luas genangan sebesar 222 hektare akan dimanfaatkan untuk mengurangi risiko banjir sebesar 176,62 m3/detik dan mengairi area irigasi seluas seluas 3.604 hektare.

Kedua Bendungan Ameroro memiliki kapasitas tampung 54,53 juta m3 dengan luas genangan 244,06 hektare. Ketiga Bendungan Pelosika yang nantinya akan membendung Sungai Konawe dan kini masih dalam tahan persiapan (review design).

Bendungan Ameroro mulai dikerjakan pada 2020 dengan biaya APBN sebesar Rp1,6 triliun. Saat ini progres konstruksinya mencapai 26,82% dengan target selesai 2023.

Pembangunan Bendungan Ameroro dilaksanakan dalam 2 paket pekerjaan, yakni Paket I oleh kontraktor PT Wijaya Karya-PT Sumber Cahaya Agung-PT Basuki Rahmanta Putra (KSO) dan Paket II PT Hutama Karya- PT Adhi Karya (KSO). Bendungan ini didesain dengan tipe urugan yang memiliki tinggi puncak mencapai 82 meter, panjang bendungan 324 meter, dan lebar 12 meter.

Bendungan Ameroro masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020 untuk menambah jumlah tampungan air di Sulawesi Tenggara dalam rangka mendukung program ketahanan pangan dan ketersediaan air.

Sebagai daerah penyangga Kota Kendari sebagai Ibu Kota Sulawesi Tenggara, Kabupaten Konawe diperkirakan akan terus berkembang salah satunya melalui pengembangan industri nikel serta sektor pertanian, perikanan, dan peternakan yang membutuhkan air baku bersumber dari bendungan. Penyelesaian Bendungan Ameroro diproyeksikan dapat memenuhi kebutuhan air baku sebesar 511 liter/detik.

Manfaat lainnya adalah dengan cara mengelola aliran air Sungai Lasolo Konaweha yang selanjutnya ditampung bendungan untuk digunakan sebagai layanan daerah irigasi seluas 3,363 hektare dan mereduksi banjir di wilayah hilir sebesar 443,3 m3/detik.

Selain itu, Bendungan Ameroro yang dibangun Kementerian PUPR RI ini juga berpotensi sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sebesar 1,3 Megawatt dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 8,2 Megawatt serta destinasi wisata baru di Kabupaten Konawe. (*)

Sebagai daerah penyangga Kota Kendari yakni Ibu Kota Sulawesi Tenggara, Kabupaten Konawe diperkirakan bakal terus berkembang.

Salah satunya melalui pengembangan industri nikel serta sektor pertanian, perikanan, dan peternakan. Sehingga membutuhkan air baku bersumber dari bendungan.

Mengingat Bendungan Ameroro memiliki kapasitas tampung 54,53 juta meter kubik dengan luas genangan 244,06 hektar serta diproyeksikan dapat memenuhi kebutuhan air baku sebesar 511 liter per detik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tol Laut Jokowi Bikin Harga Sembako Turun di Indonesia Timur, Ini Buktinya