Bos Pertamina Ungkap Perjuangan Pemerintah Supaya BBM Tetap Murah
Jakarta - Pemerintah masih terus memberikan subsidi energi (BBM) kepada masyarakat meski harga komoditas tengah melonjak.
Direktur Utama PT Pertamina (persero) Nicke Widyawati mengatakan harga keekonomian untuk BBM ron 90 atau pertalite saat ini mencapai Rp17.200 per liter. Apalagi saat ini harga minyak dunia tengah tinggi.
Namun, adanya subsidi pemerintah membuat harga pertalite masih dijual di angka Rp7.650 per liter.
"Sehingga untuk setiap liter pertalite yg dibeli masyarakat, pemerintah mensubsidi Rp9.550 per liter,"ujar Nicke di DPR, Rabu (6/7).
Sedangkan untuk pertamax, Pertamina masih mematok harga Rp12.500 per liter meski di pasar global dijual Rp17.950 per liter.
"Kalau kita lihat untuk RON 92 (setara pertamax) ini kompetitor sudah menetapkan harga Rp17 ribu, karena memang harga keekonomian adalah Rp17.950 per liter" lanjut Nicke.
Meski masih tergolong murah, namun harga BBM Malaysia rupanya jauh lebih terjangkau ketimbang Indonesia.
Nicke mengatakan ini karena subsidi yang digelontorkan oleh Pemerintah Malaysia kepada Petroliam Nasional Berhad (Petronas), perusahaan minyak dan gas milik Malaysia, lebih besar daripada yang digelontorkan Indonesia.
"Petronas subsidinya jauh lebih besar dari Indonesia. Makanya harga jual BBM-nya itu lebih murah karena minyak yang digunakan Malaysia, Amerika, dan Indonesia dipatok berdasarkan minyak dunia. Sama saja sebenarnya," ujarnya.
Diketahui, harga BBM di Malaysia untuk tipe Ron 95 atau setara pertamax plus memang lebih murah daripada pertalite. Mengutip laman globalpetrolprices.com, BBM RON 95 di Malaysia saat ini dijual dengan harga 2,05 ringgit per liter atau setara dengan Rp6.964 (asumsi kurs Rp3.397 per ringgit Malaysia).
Sementara BBM RON 97 harganya 3,91 ringgit per liter yang setara dengan Rp13.283.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) memperkirakan kuota BBM subsidi jenis pertalite dan solar jebol akhir tahun ini. Perkiraan mereka berdasarkan pada peningkatan mobilitas penduduk yang meningkat dan tren penjualan BBM subsidi yang terus bertambah.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyatakan adanya dilema dalam menjual Pertamax saat ini. Harga BBM komersial itu tetap ditahan pemerintah di Rp 12.500 walau harga pasarnya sudah mencapai Rp 17.950 per liter. Artinya, BBM tersebut tetap disubsidi Rp 5.450 per liter.
“Kalau Pertamax kita naikkan setinggi ini (sesuai harga pasar Rp 17.950), maka kemudian akan terjadi shifting ke Pertalite, ini tentu menambah beban negara," ujar Nicke saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Jakarta, Rabu, 6 Juli 2022. "Kita pantau terus kondisi harga pasar, kita selalu berkoordinasi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan."
Ia menyebutkan langkah Pertamina tak menaikkan harga Pertamax selama ini tak diiringi oleh penggantian oleh pemerintah karena bahan bakar tersebut bukan termasuk yang disubsidi. “Jadi kalau pertanyaannya, adakah yang sekarang kita masih jual di bawah harga keekonomiannya dan tidak diganti oleh pemerintah ada, yaitu Pertamax,” ucapnya.
Oleh sebab itu, kata Nicke, yang dilakukan perseroan adalah membayar selisih harga itu lewat keuntungan yang didapat Pertamina dari kegiatan bisnis hulu saat menikmati profit di tengah harga minyak mentah dunia yang tinggi pada tahun ini. “Iya betul lewat windfall (pembayarannya),” tuturnya.
Namun begitu, pemerintah menyatakan bakal menyasar alokasi subsidi pada jenis BBM Pertamax kemudian hari seiring upaya pengurangan emisi karbon. Sebab, Pertamax memiliki Research Octan Number (RON) yang lebih tinggi ketimbang Pertalite. “Road map pemerintah menyubsidi bahan bakar yang ramah lingkungan, maka roadmap berikutnya adalah pertamax jadi ada roadmapnya tidak serta merta pindah."
Lebih jauh, Nicke memaparkan selisih harga jual produk bahan bakar minyak (BBM) dan Liquified Petroleum Gas (LPG) 3 kilogram dari harga pasar hingga Juli 2022 masih cukup besar. “Harga keekonomian dengan peningkatan harga minyak dan gas juga meningkat tajam kalau kita bandingkan harga yang ditahan ditetapkan pemerintah dengan harga keekonomiannya,” ujarnya.
Data Pertamina menunjukkan per Juli 2022, harga pasar untuk Jenis BBM Tertentu (JBT) Solar sudah mencapai Rp 18.150 per liter, sedangkan harga jual yang ditetapkan pemerintah berada di angka Rp 5.150 per liter. Artinya, pemerintah menanggung subsidi mencapai Rp 13.000 untuk setiap pembelian satu liter JBT Solar.
Komentar
Posting Komentar