RI Ajak G20 Kuatkan Komitmen Pulihkan Learning Loss Dunia Pendidikan
Jakarta -- Ketua
Kelompok Kerja Pendidikan G20, Iwan Syahril menilai learning loss yang menjadi
ancaman dunia pendidikan dunia akibat pandemi Covid-19 dapat ditangani dengan sejumlah
upaya bersama.
"Kita menangkap bahwa ketika pandemi ini pendidikan kita sudah
keluar dari track-nya. Banyak persoalan kompleks," ujar Iwan dalam diskusi
di FMB9, disiarkan melalui akun Youtube FMB9, Kamis (23/6).
Iwan
Syahril mengatakan yang dibutuhkan dunia saat ini adalah pemaknaan bahwa
pendidikan berkualitas untuk semua dapat dicapai dengan menguatkan komitmen
bersama di antara semua negara. Learning loss bukan cuma
persoalan domestik sebuah negara, tapi juga berdampak terhadap negara-negara
lain dalam konteks global.
Iwan mengatakan, learning loss yang terjadi terhadap negara-negara biasanya didominasi oleh kelompok rentan baik dari sisi ekonomi maupun sosial. Dalam konteks itu kelompok tersebut perlu mendapatkan proteksi dalam pemenuhan pemulihan pendidikan.
"Dari sini Indonesia mengajak
negara-negara G20 untuk menguatkan komitmen untuk melindungi kelompok yang
paling rentan secara global. Kelompok rentan ini tidak bisa dimaknai secara
domestik, tetapi juga negara-negara yang sudah lebih maju masih perlu untuk
terus diperkuat," ujar Iwan.
Selain komitmen negara untuk memberikan
proteksi terhadap kelompok rentan, upaya kedua yang dilakukan G20 dalam urusan
pendidikan adalah pengembangan teknologi digital.
Pengembangan dan pemanfaatan teknologi digital seperti yang
dikampanyekan Presiden Jokowi, kata Iwan, diarahkan kepada Mendikbudristek
Nadiem Makarim sebagai sebuah solusi dalam pemecahan masalah.
"Teknologi digital dapat memacu kualitas kita yang mungkin masih tertinggal. Kita bisa melakukan sebuah lompatan," ujar Iwan menegaskan.
Upaya lain yang dilakukan Indonesia dalam
Presidensi G20 di dunia pendidikan adalah kerangka kerja yang melibatkan unsur
gotong royong di dalamnya. Mengatasi persoalan pendidikan yang loss karena
pandemi Covid-19, kata Iwan, tidak bisa dilakukan oleh sebuah negara secara
sendiri-sendiri.
"Kuncinya adalah gotong royong. Indonesia membawa kearifan budaya
kita, dan ini didukung dengan luar biasa. Pada saat ini negara-negara di G20
memasukkan gotong royong sebagai bagian dari deklarasi," ujar Iwan.
Seperti diketahui, learning loss merupakan hal yang paling dikhawatirkan pemerintah dalam dunia pendidikan yang terimbas pandemi Covid-19. Learning loss adalah istilah yang digunakan untuk menyebut hilangnya pengetahuan dan keterampilan, baik itu secara umum atau spesifik, atau terjadinya kemunduran proses akademik karena faktor tertentu.
Dalam berbagai kesempatan, Mendikbudristek
Nadiem Makarim mengakui bahwa pembelajaran jarak jauh atau belajar online bakal
menghasilkan anak-anak yang learning loss.
paya memulihkan sektor pendidikan yang
terdampak pandemi Covid-19 membutuhkan upaya bersama baik di tingkat lokal,
nasional, dan internasional. Kehilangan kesempatan belajar dan mendapat
pengetahuan secara tepat (learning loss) akan menjadi fokus perhatian bahasa
negara G-20.
Hal ini dikemukakan Kepala Badan Standar,
Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sekaligus Alternate Chair Education
Working Group (EdWG) G20, Anindito Aditomo, pada acara “Kick Off G20 on
Education and Culture”.
Pada acara tersebut, Anindito menjadi
moderator pada gelar wicara “Pendidikan Berkualitas Universal dan Teknologi
Digital untuk Pendidikan”, di Jakarta.
Disampaikan Anindito, pandemi bukan penyebab
utama krisis pembelajaran. “Ketimpangan kualitas belajar sebetulnya sudah lama
terjadi. Pandemi semakin membuka mata kita bahwa pembelajaran mengalami krisis,
dan ini harus kita tangani bersama,” tuturnya.
Teknologi, dijelaskan Anindito, berperan
sentral pada pemulihan pendidikan. “Dalam konteks pandemi, pembelajaran tidak
akan terjadi tanpa teknologi. Intervensi juga bukan hanya dalam bentuk
pembangunan infrastruktur tradisional lagi, tetapi juga pemerataan konektivitas
digital untuk memastikan pembelajaran berkualitas bisa dirasakan semua warga
negara,” ungkap Anindito.
Kesenjangan digital atau digital divide,
diakui Anindito, terjadi di dunia pendidikan. “Di satu sisi, ada ketimpangan
akses terhadap teknologi, di mana kita mengalami hilangnya capaian pembelajaran
(learning loss) asimetris dan lebih parah dialami kelompok rentan dan ekonomi
bawah. Tapi di sisi lain, teknologi menjadi katalis bagi inovasi luar biasa.
Contohnya, jutaan guru dan siswa jadi lebih terampil memanfaatkan teknologi dan
inovatif menyikapi tantangan,” ungkap Kepala BSKAP itu.
“Agenda prioritas yang akan kami perjuangkan di G20 ini mengingatkan
kita akan visi Indonesia yang menekankan gotong royong untuk pulih bersama.
Pandemi ini juga menjadi momentum kita agar semakin bersemangat memikirkan
ulang dan membangun pendidikan yang lebih baik, untuk membangun sistem
pendidikan yang lebih inklusif, adil, dan berkualitas,” terang Anindito.
Ada empat agenda prioritas yang akan diperjuangkan Kemendikbudristek pada perhelatan G20, yakni Pendidikan Berkualitas untuk Semua (Universal Quality Education); Teknologi digital dalam Pendidikan (Digital Technologies in Education); Ketiga: Solidaritas dan Kemitraan (Solidarity and Partnership); dan keempat, Masa Depan Dunia Kerja Pasca Pandemi Covid-19 (The Future of Work Post Covid-19).
Komentar
Posting Komentar