Merger Berbuah Positif, Laba Pelindo Naik Jadi Rp 3,2 T
Jakarta - Kinerja audited PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo tahun 2021 pasca-merger meningkat. Perseroan berhasil catatkan laba sebesar Rp 3,2 triliun, naik dibandingkan perolehan tahun 2020 sebesar Rp 3 triliun.
"Capaian positif Pelindo pada 2021 sejalan dengan program merger yang telah dijalankan pada Oktober 2021 lalu," kata Group Head Sekretariat Perusahaan Pelindo, Ali Mulyono dalam keterangan tertulisnya Sabtu (25/6/2022).
Kenaikan laba sejalam dengan torehan pendapatan usaha yang mencapai Rp 28,8 triliun, naik dibandingkan pendapatan usaha 2020 sebesar Rp 26,6 triliun. Selain itu, Pelindo juga memberikan kontribusi pada negara melalui setoran dividen, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), konsesi, pajak penghasilan (PPH), pajak pertambahan nilai (PPN) dan PBB senilai total Rp 4,7 triliun pada 2021. “Salah satu fokus utama Pelindo pascamerger adalah transformasi operasional pada kluster petikemas melalui standarisasi dan sistemisasi pelabuhan,” lanjut Ali. Ali mengatakan selama hampir 8 bulan pasca-merger, ada peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan. Peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay atau waktu sandar kapal di pelabuhan yang diukur dengan jumlah hari.
Di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan, jumlah bongkar muat naik lebih dari dua kali lipat dari 20 boks per kapal per jam menjadi 45 boks per kapal per jam. Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal dapat berkurang menjadi setengahnya, dari 2 hari menjadi hanya 1 hari.
Peningkatan kinerja yang sama terjadi di TPK Makassar. Kecepatan bongkar muat dari 20 BSH menjadi 42 BSH dan waktu sandar juga bisa berkurang dari 2 hari menjadi 1 hari. Sejalan dengan TPK Makassar, Terminal Makassar New Port juga mengalami peningkatan kecepatan bongkar muat dari 20 BSH menjadi 39 BSH dengan standar waktu sandar yang berkurang dari 2 menjadi 1 hari.
Peningkatan kinerja terbaik ada di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Ambon. Peningkatan jumlah bongkar muat naik hampir tiga kali lipat, dari 12 boks per kapal per jam menjadi 35 boks. "Dampaknya, jumlah waktu sandar dapat terpangkas dari 2 hari menjadi 1 hari," ujar Ali.
Bagi Pelindo, mengatakan makin pendeknya waktu sandar dan kecepatan bongkar muat membuat biaya operasional makin efisien yang tergambar dalam laba bersih triwulan I 2022 mencapai Rp 670 miliar, meningkat 46% dibandingkan triwulan I 2021.
Ali menjelaskan lilai laba bersih tersebut turut menyumbang peningkatan laba BUMN pada 2021 yang mencapai total Rp 126 triliun. Pendapatan BUMN tersebut meningkat hingga 869 persen dari laba 2020.
Dia menambahkan, capaian positif Pelindo pada 2021 sejalan dengan program merger yang telah dijalankan pada Oktober 2021. "Perseroan telah bukukan pendapatan usaha senilai Rp 28,8 triliun, naik dibandingkan pendapatan usaha 2020 yakni sebesar Rp 26,6 triliun," jelas Ali.
Selain itu, Ali mengungkapkan Pelindo juga memberikan kontribusi pada negara. Kontribusi tersebut dilakukan melalui setoran Dividen, PNBP, Konsesi, PPH, PPN, dan PBB dengan nilai total Rp 4,7 triliun pada tahun buku 2021.
"Salah satu fokus utama Pelindo pascamerger adalah transformasi operasional pada kluster petikemas melalui standardisasi dan sistemisasi pelabuhan,” tutur Ali.
Hasilnya, kata Ali, selama hampir delapan bulan pascamerger, ada peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan. Peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam dan pengurangan port stay atau waktu sandar kapal di pelabuhan yang diukur dengan jumlah hari.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan sejumlah keberhasilan transformasi yang dicanangkan Kementerian BUMN. Hal tersebut terlihat dari sejumlah pencapaian yang ditorehkan BUMN selama 2021.
"Total pendapatan BUMN Rp 1.983 triliun atau setara 99 persen dari pendapatan APBN," ucap Erick.
Erick mengatakan perbaikan kinerja BUMN juga berdampak positif terhadap kontribusi untuk negara. Erick menyampaikan total pajak, dividen, dan PNBP yang diberikan BUMN secara konsolidasi mencapai Rp 371 triliun.
"Alhamdulillah laba 2021 dibandingkan tahun sebelumnya, yang tadinya Rp 13 triliun, sekarang dengan segala efisiensi dan perbaikan model bisnis yang didukung Komisi VI, laba untuk 2021 sebesar Rp 126 triliun. Ini adalah prestasi yang saya rasa luar biasa," ungkap Erick.
Saat ini Erick sudah menetapkan dua fokus prioritas dalam mewujudkan keseimbangan melalui pendanaan dan pendampingan. Untuk itu, Erick pun memetakan fokus masing-masing bank BUMN agar tak lagi saling bersaing memperebutkan sektor pembiayaan korporasi besar dan melupakan UMKM.
Komentar
Posting Komentar