Kebakaran Hutan dan Lahan, Jokowi Perintahkan Pemprov Sumsel Modifikasi Hujan Buatan

Palembang - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terus mengancam beberapa provinsi di Indonesia, ketika memasuki musim kemarau. Daerah yang rawan terjadi karhutla yakni Sumatera Selatan (Sumsel) dan Jambi.
Presiden Jokowi telah memerintahkan Pemprov Sumsel untuk Modifikasi Hujan Buatan untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan yang meluas di daerah Sumatera Selatan.
Untuk mencegah karhutla sejak dini, Koordinator TMC untuk Sumsel dan Jambi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, APP Sinar Mas dan stakeholder terkait, langsung bergerak untuk melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), untuk menciptakan hujan buatan.
Diungkapkan Koordinator TMC untuk Sumsel dan Jambi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, Dwipa Wirawan, melalui hujan buatan, diharapkan ketersediaan air di lahan gambut dapat terjaga dan mencegah potensi karhutla di lahan gambut.
Dia mengatakan, salah satunya terlihat tinggi muka air tanah (TMAT) di lahan gambut bisa meningkat, sehingga tak mudah terbakar saat kemarau.
“Itu adalah salah satu indikator dari keberhasilan TMC. Selama ini kan yang dikhawatirkan adalah TMAT gambut yang terus menurun saat kemarau tiba,” ucapnya.
Untuk memaksimalkan operasi tersebut, mereka melakukan 17 kali penerbangan di wilayah Sumsel. Yakni di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI dan Musi Banyuasin (Muba). Lalu, di Provinsi Jambi, seperti di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Muaro Jambi.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) disebut sebagai lembaga yang memiliki fungsi dalam melakukan modifikasi cuaca di Indonesia.
Seperti diketahui, BPPT adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian di bawah koordinasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang membawahi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC).
Salah satu tugas Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) adalah menyusun program modifikasi cuaca untuk penambahan curah hujan, pengurangan curah hujan dan kegunaan lainnya.
Dilansir dari laman BPPPT, Teknologi Modifikasi Cuaca adalah usaha manusia untuk memodifikasi cuaca menggunakan aplikasi dengan sentuhan teknologi dengan tujuan tertentu agar mendapatkan kondisi cuaca seperti yang diinginkan.
Dengan sentuhan teknologi yang kerap disebut TMC tersebut, manusia bisa mereduksi kerugian yang dapat ditimbulkan oleh gangguan atau bencana yang disebabkan oleh faktor iklim dan cuaca.
Bentuk modifikasi cuaca yang dilakukan antara lain meningkatkan intensitas curah hujan di suatu tempat (rain enhancement) atau menurunkan intensitas curah hujan di suatu lokasi tertentu (rain reduction).
Selain itu, teknologi TMC digunakan untuk berbagai hal seperti mengisi waduk, membasahi lahan gambut, memadamkan karhutla, atau mengurangi curah hujan penyebab banjir. TMC untuk menurunkan hujan buatan.
Awal mula teknologi TMC dikembangkan dan digunakan dengan tujuan untuk menyemai awan hujan dan membuat hujan buatan.
Cara yang sering digunakan TMC adalah dengan menggunakan pesawat yang menghantarkan bahan semai berupa NaCl ke dalam awan melalui udara.
Namun pada beberapa tahun terakhir telah dikembangkan metode penyampaian bahan semai ke dalam awan dari darat, menggunakan wahana Ground Based Generator (GBG) dan wahana Pohon Flare.
Adapun contoh bahan semai higroskopis yang sering digunakan pada rekayasa cuaca dengan jenis TMC GBG dan wahana Pohon Flare ini berupa larutan yang terbuat dari garam NaCl dan CaCl2.
Prinsip kerja TMC adalah dengan memanfaatkan keberadaan awan - awan orografik dan awan yang tumbuh di sekitar pegunungan sebagai targetnya, sehingga metode GBG dan Pohon Flare idealnya digunakan untuk wilayah - wilayah yang mempunyai topografi pegunungan.
Sebelum diterapkan di event MotoGP di Mandalika, teknologi untuk mengurangi curah hujan sudah dilakukan BPPT untuk mengatasi banjir di Jabodetabek.
Pada tahun 2020, TMC digunakan untuk mengurangi intensitas hujan terutama di daerah yang padat penduduk di Jabodetabek.
Caranya dengan melakukan monitoring pergerakan awan yang menuju Jabodetabek khususnya yang masih berada di atas laut, baik Laut Jawa maupun Selat Sunda.
Kemudian pesawat akan menyemai atau menurunkan hujan buatan dengan menurunkan garam di atas awan kumulonimbus yang berpotensi membawa hujan intensitas tinggi.
Tujuannya agar hujan lebih dulu turun di lautan dan tidak mencapai wilayah padat penduduk.
Memodifikasi cuaca dengan mengembangkan teknologi hujan merupakan interaksi manusia yang memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk mengatasi kendala di alam.
Kegiatan modifikasi cuaca dilakukan dengan pertimbangan matang, dan dilaksanakan sesuai prosedur sehingga dapat memberi manfaat kepada masyarakat.
Komentar
Posting Komentar